Komunikasi Terhenti
Ketika aku memutuskan untuk benar benar berhenti menguhubungimu,
Rasanya sangat terpaksa dan begitu menyiksa.
Komunikasi yang harus terpaksa dihentikan demi kebaikkan kita berdua.
Aku, takut jika mengganggumu lagi.
Aku, takut jika merepotkanmu lagi.
Bahkan, mengucapkan selamat ulang tahun saja, rasanya begitu sulit.
Aku tahu, ucapanku pun tidak sepenting itu lagi buatmu.
Jadi, ku fikir percuma.
Sebaiknya, aku cukup mendoakanmu dari jauh saja.
Kulihat kamu sudah baik dengan kehidupanmu yang sekarang.
Sudah jauh lebih tenang.
Sudah jauh lebih menyenangkan.
Dan, sudah benar-benar jauh dariku.
Aku tidak bisa berbohong,
Ku rasa hanya komunikasi kita aja yang terhenti.
Perasaanku belum.
Sulit ya, sulit mencintai orang tanpa komunikasi.
Ah, i wish i could go back to feel that feeling once again.
Perasaanku seperti ada yang belum terselesaikan, padahal faktanya sudah selesai.
Yah, well sebagian tokoh ditakdirkan untuk berhenti di akhir bab, bukan diakhir cerita.
Sayangnya, di bab selanjutnya pun aku masih mencari tokoh yang sudah mati di bab sebelumnya.
Kepergian tokoh sebelumnya sangat membekas dihati pembaca dan terutama aku.
Part paling sedihnya adalah "Nobody gets me like you."
Saat difikirkan kembali, ini begitu abstrak sekali.
Berpisah karena komunikasi dan keadaan akan selalu jadi perpisahan yang dikatakan sulit.
Sulit dalam artian, kita belum bisa menyatakan benar-benar untuk pergi
Dari buku yang sudah susah payah kita buat.
Ketika kita masih ingin menjadi bagiannya,
Tapi justru yang dia lakukan malah sebaliknya.
Memang benar, mengulang dengan orang yang sama
Hanya berlaku di orang yang tepat.
Dan, Aku, kurang tepat.
Komentar
Posting Komentar