Secukupnya

Perasaan akan selalu datang, di saat kita tidak memintanya.

Tuhan, biarkan aku merasakan senang dan sedih dihidup ku dengan secukupnya.
Ajarkan aku agar tidak pernah berlebihan dalam hal apapun.
Hidupkan aku dilingkaran yang selalu merasa cukup.

Cinta mengetuk pintu ku kembali.
Seseorang itu datang, tentunya dengan sepatu kets yang baru.
Cerita yang baru, hal hal sederhana yang baru.
Tapi, ternyata dari dulu sangat dekat denganku.

Definisi sejauh kemanapun pergi, yang hadir adalah orang yang tidak pernah terlihat oleh kita.

Aku berharap kapal ku kali ini tidak salah pelabuhan lagi, Terlalu banyak dermaga dengan berbagai drama disetiap persinggahan.
Dan kurasa itu sudah cukup.

Kamu tahu? Kapalku ini ternyata singgah di pelabuhan yang begitu dekat denganku.
Betapa ajaibnya bukan hidup ini?
Ternyata pelabuhannya dekat sekali, tapi aku justru selalu sibuk mencari pelabuhan yang jauh.
Bahkan cukup jauh membuatku kehilangan diriku sendiri.

Aku bahagia, kamu hadir di hidupku dengan kondisi diriku yang sudah stabil.
Dan ku harap memang sedang stabil ya.

Senang sekali rasanya, jika ada manusia yang benar-benar paham diriku seperti apa.
Manusia yang bisa membuatku mengerti kalau semuanya gak harus tentang orang lain.
Banyak hal yang bisa dijadikan plot twist.

Aku gak pernah menyangka, orang ini tuh dekat banget loh, tapi kok aku gak nengok sama sekali ya?
Oh, Tuhan, kenapa gak dari dulu aja?
Kenapa baru sekarang? Kenapa gak sejak dulu saja sadarnya?

Tapi, semua itu bisa dibantah kok,
Tuhan itu, menciptakan skenarionya pasti punya alasan yang pasti.
Dia ada dan nyata.

Tuhan, terimakasih, ternyata begitu banyak doa yang ku panjatkan.
Sudah terkabul hampir seluruhnya dari doa yang ku curahkan kepadamu.

Manusia yang kali ini datang.
Firasatku sangat berharap baik yang selalu menyertai.

Aku sudah lelah sekali dengan berbagai hal yang datang dan pergi se enaknya dihidupku.
Bukan perasaan tentang tidak mau belajar dari pengalaman,
Tapi, sudah tidak mampu untuk mengulang dan membuat buku baru lagi, yang berulang kali.
Berulang kali ditulis tanpa di terbitkan.

Aku, kamu, dan kita, seharusnya gak bisa untuk merasakan perasaan yang berlebihan.
Aku paham semua bentuk perasaan harus di rayakan.
Tapi, untuk menjaga kita dan segala hal hal yang diluar kendali kita.
Kita harus bisa paham yang mana ditakar secukupnya.

Aku sudah selesai lama dengan masa lalu yang ku buat sendiri
Sehingga remuk dan sakit aku yang tanggung.

Jadi, yang kali ini, mari kita rayakan dengan secukupnya.
Kita rasakan apa yang sepantasnya kita tuai.
Aku, kamu, semoga kita.

Diantara miliaran manusia ini, ku harap kamu adalah aamiin yang selalu terucap.
Ku harap radarku yang kali ini, sudah bisa berhenti untuk mencari.






Komentar